Selasa, 27 Januari 2015

perindu

Atas nama rindu
Semacam baris baris puisi menyatu
Semacam puisi yang tak layak diadu
Namun tetap ada yang dituju
Bukan untuk mengeja pilu yang menggebu
Hanya memuaskan nafsu si perindu
Yang lunglai jauh darimu
Yang kaku tanpa dekapmu
Yang senyap tanpa hadirmu
Jangankan menerka isi hatimu
menerawangmu dari balik pintu pun ia tak mampu
Di kamar sepi ia terpaku
Hanya mampu merajut syal rindu
Teruntuk dirimu
Entah kapan memberikannya, dia pun tak tahu
Lalu kapan rindu ini usai
Ya ketika cinta berubah menjadi bangkai
Berharap rindu tak akan mati
Apalagi berubah jadi benci
Jika memang ada cinta suci
Biar benihnya lah rindu ini

Minggu, 30 Maret 2014

teh gila

es membatu dalam genangan teh gembira tanpa soda berdiri pada lorong yang beda melihat tapi berpaling mendengar tapi menuli tetap teguk teh gembira tanpa soda tertawalah sampai gila
menangis juga bisa gila
bukan masalah meski berbeda
ini bukan kokakola
ini hanya teh tanpa soda tetap gembira
kau harus tau itu!

Selasa, 05 Februari 2013

Road to Tangkuban Perahu #2

Liburan semester ganjil ini saya habiskan di Bandung bersama teman SMA saya, sebut saja namanya Tiwi. Liburan yang hanya dihabiskan dengan jalan-jalan ke Mall adalah sungguh membosankan bagi saya juga kawan saya. Akhirnya kami mulai searching di Google mencari tempat wisata yang tidak jauh dari kost kakak saya di daerah Lembang. ada beberapa alternatif sebenarnya yakni Gunung Tangkuban Perahu, Air Terjun Maribaya, Tempat Pemandian Air Panas Ciater dll. Akhirnya kami memutuskan mengunjungi Tangkuban Perahu. Kalau saya sih sebenarnya tidak lagi penasaran dengan wujud Tangkuban Perahu, tapi teman saya sepertinya ingin sekali ke sana. Yasudah kami pun langsung searching lagi tentang tangkuban Perahu dan angkot apa yang bisa mengantarkan kami sampai di sana. 

Dari Lembang ternyata saya harus menaiki angkot berwarna kuning jurusan Lembang-Cikole. Ohya sekedar info jika Anda adalah turis domestik seperti saya, dari Stasiun Bandung, Anda dapat naik angkot St.Hall Lembang biasanya berwarna putih kusam dan turun sebelum Perempatan Pasar Lembang dengan ongkos Rp 6.000. Di situ sudah banyak angkot jurusan Cikole (warna kuning) yang standby di pinggir jalan.

Waktu itu kami berjalan menuju Jalan Raya Lembang tepat di depan Masjid Agung Lembang. Belum sempat menyeberang jalan dan menunggu angkot ternyata di seberang jalan sudah ada angkot kuning yang berhenti menunggu kami. Melihat angkot tersebut, saya tidak ada sedikitpun hasrat untuk menaikinya karena angkot tersebut tidak bertuliskan Cikole seperti yang kami maksud. Kami pun tetap diam berdiri di samping angkot tersebut. Lagi-lagi angkotnya tidak mau pergi dan akhirnya muncul suara dari seorang penumpang angkot tersebut,"Prahu neng?" Tanpa pikir panjang pun saya akhirnya mengangguk dan bergegas masuk angkot tersebut. 

Ada lima orang dalam angkot tersebut, yakni saya, Tiwi, Pak sopir dan dua penumpang lainnya. Kami berdua begitu menikmati perjalanan tersebut. Sampai akhirnya penumpang tinggal kami berdua. Angkot dengan kecepatan sedang terus melaju jalan menuju Tangkuban Perahu. Di sepanjang jalan yang agak naik itu kami melihat bukit-bukit , kebut teh, dan akhirnya semakin naik kami melewati hutan pinus. Dari hutan pinus itu saya mulai curiga, tidak ada angkot satupun yang melintas di jalan itu selain angkot kami. Menurut kakak saya angkot Cikole akan berhenti di terminal kecil Cikole. Tapi kenapa saya tak mendapati angkot tersebut berhenti di sebuah terminal?. Yang saya ingat juga Tangkuban Perahu sudah tidak jauh lagi kalau dari hutan pinus itu. Benar tak lama kemudian kami dihadapkan pada plang Tangkuban Perahu. Baru setelah itu Pak Sopir angkat bicara "Neng ongkosnya bapak pas-in aja 50 ribu, kalau yang lain mah bisa sampe 60-70 ribu sampe atas" Dan kami semakin sadar bahwa pak sopir itu memang khusus mengantarkan kami menuju Tangkuban Perahu.  Kami belum sempat menyahut tiba-tiba kami dihadapkan loket retribusi masuk dan pak sopir berkata lagi "26 ribu neng karcisnya buatdua orang" (Tiket Tangkuban Prahu Rp 13.000/orang) Saya pun langsung memberikan sejumlah uang untuk membeli tiket tersebut pada pak sopir. 

Baru setelah itu kami melanjutkan dialog negosiasi dengan pak sopir. kami menawar berapapun, pak sopir tetap dengan harga awal yakni Rp 50.000. Pak sopir pun menginfokan lagi bahwa jarak dari tiket masuk ke Gunung tangkuban Perahu masih sekitar 7 km-an dengan jalan menanjak dan berliku. Dan pak sopirnya pun bilang saat pulang nanti kami pasti akan kesulitan kalau cari angkot sehingga pak sopir menawarkan untuk menunggui kami dan membandrol ongkos Rp 100.000 pulang-pergi untuk kami berdua. Kami masih berpikir dan berembug apakah kita pulang dengan angkot yang sama atau jalan kaki. Tapi jika melihat keadaan jalan yang ber-kilometer-panjangnya kok rasanya harus mikir dua kali kalau mau jalan kaki. Padahal sebelum berangkatpun kita sudah sepakat kalaupun harus berjalan kaki jauh pun kita akan jalani. Tapi nyatanya kami lebih memilih memanjakan diri duduk di angkot. Hahah. 

Kami masih berembug sebelum akhirnya sampai Di Gunung Tangkuban Prahu. Pertimbangan selanjutnya adalah ulasan perjalanan yang sempat kami baca di sebuah blog. Ya katanya penulis blog tersebut ditawari mobil omprengan dari gapura masuk Tangkuban Prahu menuju Tangkuban Prahu seharga Rp 63.000 per orang dan itu sudah termasuk tiket. Mahal kan? Karena pertimbangan itu lah kami akhirnya memutuskan untuk meminta pak sopir menunggu kami saat di Tangkuban Perahu dengan kata lain kami membayar Rp 100.000,00 untuk perjalanan pulang-pergi lembang-Tangkuban Perahu artinya per orang keluar uang Rp 50.000,00.  Mahaaaal !


Akhirnya kami sampai juga di Tangkuban Perahu. Pemandangan kawah yang khas dengan background langit biru semburat putih. Indah sekali. Saya tak mau panjang lebar menceritakan keindahan Tangkuban Perahu karena foto-foto di bawah ini yang akan menerangkan betapa indahnya Tangkuban Perahu 



Tiwi mejeng, ini background terfavorit bagi pengunjung yang mau foto,  harus antre man..

Saya ikut mejeng, bagus sih awannya


Ini nih salah satu kawahnya


Banyak bule loh
Plang Kawah Upas, Goa, Air Keramat
Kanan kiri banyak kios yang menjual macam-macam oleh-oleh dan cinderamata

Satu jam kemudian kami pun memutuskan untuk pulang. Kami hampiri angkot kuning tadi. Layaknya supir pribadi, pak sopir ternyata masih sabar menunggu kami sang majikan. ahahaha.. Good bye Tangkuban Perahu..

Oya sekedar catatan: sepulang dari Tangkuban Perahu saya cerita tentang angkot Rp 100.000 itu pada kakak saya, dan saya ditertawakan habis-habisan. Ongkos angkot segitu termasuk super mahal menurut kakak saya dan mending nyewa motor. Ohhhh